Observasi di Terminal Perhubungan Lama

Skhola Karampuang 2Pertama-tama laporan ini dibuat dalam rangka kegiatan skhola conference dan akan di presentasikan pada skhola conference. Kelompok kami terdiri dari 3 orang yang ditugaskan di terminal perhubungan lama untuk membuat laporan atau karangan tentang kondisi disana, perhubungan lama ini terletak di jalan urip sumoharjo di depan Kantor Gubernur.

Pada hari pertama kami ke terminal perhubungan lama pada minggu pagi hari ini terlihat terlihat cerah tidak ada tanda-tanda akan turun hujan jadi kami piker hari ini akan berjalan lancar, kami berada di terminal perhubungan lama pada jam 11 pagi, dari luar terminal perhubungan lama ini terlihat lapangan yang agak luas dan terdapat bangunan tua yang tampak terlihat seperti kantor, salah seorang diantara kami bertanya pada salah seorang pedagang di sekitar depan terminal perhubungan lama ini dan bertanya apakah benar ini terminal perhubungan lama “betul ini di dalam kantor terminal perhubungan lama” jawabnya “dan apakah masih dipakai perhubungan lama ini” Tanya salah seorang diantara kami lagi bapak ini kembali menjawab “ya, masih dipakai”, setelah mendengar jawaban bapak tadi kami pun lansung masuk untuk mengecek lokasi di dalam, sesampainya di dalam terminal perhubungan lama kami melihat terminal lama ini pelatarannya atau lapangannya luas, lapangannya becek karena hujan, lalu kami mendekati kantor yang tampak sudah tua itu yang terlihat sepertinya sudah tidak terpakai lagi ternyata kantornya tutup, ya kantornya memang tutup mengingat hari ini adalah hari minggu.

Awal masuk ke terminal perhubungan lama ini saya melihat di sekeliling saya merasa heran terlihat sepi sekali sepertinya tidak ada tanda-tanda ada perumahan atau perkampungan disini. Lokasi lapangan di depan kantor tersebut terlihat sepi tidak ada seorang pun terlihat, lalu kami berjalan ke belakang kantor itu dengan penasaran, di belakang kantor terminal perhubungan lama ini barulah ada terlihat beberapa rumah di belakang kantor tersebut juga terdapat rawa-rawa yang luas, di rawa-rawa tersebut terdapat sebuah jalan kecil terbuat dari balok-balok beton yang cukup besar untuk dilalui, awalnya kami bingung perkampungan yang mana dimaksud di terminal perhubungan lama ini jadi kami masuk ke jalan kecil yang ada di rawa-rawa tersebut untuk melihat apakah ada perkampungan jika melewati jalan kecil ini, belum lama kami melewati jalan kecil ini jalannya semakin ke dalam semakin tergenang air, lalu kami pun berhenti dan kebingungan apakah benar perkampungan yang dimaksud melewati jalan ini, lalu tampaklah seorang anak kecil yang melewati jalan ini juga yang sepertinya hendak pergi ke pasar, kami bertanya ke anak ini “jalan ke arah manakah jalan ini ?” anak ini bilang “jalan ini tembus ke sukaria”

Setelah menjawab pertanyaan kami anak ini lansung pergi begitu saja, kami pun kebingungan lalu salah seorang diantara kami menelpon untuk menanyakan lokasi yang sebenarnya kami tuju, lalu setelah menelpon teman kami ini berkata kalau lokasi yang kami tuju adalah di belakang kantor yang tadi, kamipun kembali ke depan kantor tersebut, lalu kami berjalan kesamping kantor ini terdapat sebuah jalan kecil kamipun berjalan masuk ke jalan kecil itu, ternyata memang terdapat banyak rumah yang dihubungkan lewat lorong-lorong atau gang-gang sempit di gang-gang sempit inipun terlihat sepi Cuma beberapa orang terlihat dalam rumah mereka Kalau dilihat dari rumah-rumah yang terdapat di sekitar sini masyarakat di sekitar sini sepertinya termasuk dalam kategori ekonomi kelas bawah dan menengah. Jadi hari pertama ini kami hanya berkeliling di lokasi terminal lama, karena belum puas dan tak menemukan seorangpun yang bisa diajak bicara jadi hari ini observasi kami henTikan dan akan kami lanjut pada hari kedua.

Pada hari kedua saya kesana pada sore hari tepatnya jam 4 sore, saya kembali ke lokasi ini berharap akan mendapatkan lebih banyak informasi setibanya di depan terminal perhubungan lama disana saya melihat beberapa ibu-ibu rumah tangga yang sedang asyik ngobrol mungkin menggosip penampilan ibu-ibu ini penampilannya sebagaimana ibu-ibu biasa pada umumnya disamping kantor terminal perhubungan lama dan juga terdapat anak-anak kecil yang sedang asyik bermain, berbeda dengan hari pertama sore ini terlihat lebih ramai, langsung saja saya ke tempat ibu-ibu ini mengobrol untuk bertanya mengenai lokasi disini, ketika saya menghampiri ibu-ibu ini terus saya memperkenalkan diri lalu menjelaskan kedatangan saya kesini ibu-ibu ini agak kebigungan mendengar penjelasan saya.

Namun mereka tersenyum dan mempersilahkan saya duduk, kemudian saya meminta izin untuk mewawancarainya, dengan wajah kebingungan ibu ini menjawab “boleh”, langsung saja saya bertanya kepada ibu-ibu ini, ibu yang saya wawancarai mengenai lokasi ini bernama ibu Yuli dengan ibu Lia, pernyataan ibu ini lokasi disini termasuk dalam wilayah kelurahan Karampuang, menurut ibu ini kantor ini masih beroperasi, dan memang terlihat beberapa karyawan kantor yang hendak pulang, ternyata kantor ini masih terpakai walaupun kantor ini terlihat sudah tak terpakai lagi, lanjut ke pertanyaan mengenai lokasi ini lagi.

Mmenurut ibu ini masyarakat disekitar sini kebanyakan pendatang dari daerah yang bekerja di Makassar dan kemudian menetap disini, saya juga bertanya mengenai Skholatanpabatas kepada ibu ini , saya bertanya apakah ibu mengetahui Skholatanpabatas ibu ini menjawab tidak tahu apa itu Skholatanpabatas ketika kemudian saya bertanya apakah mengenal salah seorang relawan Skholatanpabatas yang bernama Tika, barulah ibu ini menjawab mengenalnya, ibu ini kenal Tika sebagai pengajar les anak-anak di sekitar sini, dan sebaliknya mereka tidak mengenal apa itu Skholatanpabatas namun mengenal Tika ada kontradiksi mengenai kedua hal tersebut disatu sisi ibu ini mengenal Tika dan tak mengenal Skholatanpabatas.

Dari apa yang saya tangkap dari pembicaraan saya dengan ibu-ibu di sini bahwa mereka hanya mengenal Tika sebagai pengajar dan dari pernyataan ibu ini Tika sudah pindah kos sudah ada sekitar satu bulan dan dia sudah tidak mengajar anak-anak les lagi selama itu, ibu ini mengatakan Tika biasa mengajar anak-anak di kosnya, kemudian saya bertanya mengenai perasaan ibu ini mengenai kegiatan mengajar salah seorang relawan Skholatanpabatas disini, ibu ini tersenyum dan menjawab kami senang ada yang mengajar anak-anak disini dan pertanyaan terakhir saya kepada ibu ini adalah apakah ibu masih mau anak-anak disekitar sini diajar kembali karena berhubung Tika sudah pindah kos dan sudah tak mengajar lagi? Ibu ini menjawab itu terserah Tikanya kalau masih mau mengajar ya kami senang tapi kalu sudah tidak mau ya tidak apa-apa mungkin Tika sibuk dengan kuliahnya.

Setelah saya mewawancarai ibu-ibu ini saya berkeliling untuk mencari anak-anak untuk saya wawancarai mengenai kegiatan Skholatanpabatas disini, kemudian saya menemukan beberapa ana-anak yang sedang bermain-main salah seorang diantara mereka bernama Nabila yang saya wawancarai awalnya anak ini terlihat malu-malu ketika saya tanyai, namun ekspresinya berubah menjadi antusias ketika saya bilang kalau saya ini adalah temannya Tika dia menjadi lebih bersemangat dan senang pertanyaan pertama saya tanyakan kepada adik ini yang namanya Nabila dimana kamu biasa diajar kak Tika dia bilang “di sana dikosnya” sambil menunjuk ke arah belakang kantor terminal perhubungan lama ini.

Pertanyaan selanjutnya yang saya tanyakan adalah ada berapa orang yang mengajarimu?, katanya ada dua orang, “ada kak Tika dan kak Tini” kata adik ini, setelah beberapa pertanyaan saya lontarkan kepada anak-anak ini relawan Skholatanpabatas yang mengajar di lokasi ini ada dua orang yang bernama Tika dan Tini, mereka biasa mengajar di kosnya pada sore hari jam 3 sampai jam 4, dan pelajaran yang biasa diajarkan kepada anak-anak di sekitar sini ialah matematika, ipa, bahasa Indonesia dan lain sebagainya sebagaimana yang dipelajari disekolah-sekolah formal, dan menurut anak ini mereka berjumlah 7 orang mulai dari kelas 1 sd sampai kelas 5 sd, anak ini merasa senang biasa belajar dari Tika, anak ini juga berkata kalau mereka masih ingin diajar, setelah selesai mewawancarai anak-anak dan ibu-ibu di sinisa ya kemudian pamit pulang.

Penulis: Relawan Rivaldy

Similar Posts