Berkunjung Ke Kapasa Raya Makassar

IMG_2820Kapasa raya adalah salah satu nama jalan yang ada di Makassar. Letaknya yang begitu jauh dari perkotaan dan berada di sudut kota Makassar. Menuju Kapasa Raya, kami memasuki daerah Kawasan Industri Makassar. Di kawasan inilah berjejer puluhan industri yang membuat kami merasa seakan tak kehidupan dan pemukiman warga di kawasan ini. Kawasan yang begitu sepi, tak seorang pun saat itu yang lalu lalang. Saya berfikir, hendak kemana kami ini yang melewati jalan dimana puluhan industry berjejeran dengan bangunan tua yang kokoh, jalan yang begitu sunyi, dan jalan ini pertama kalinya saya tapaki.

Kami berjalan terus hingga melewati kawasan industry Makassar dan di sudut jalan sebelah kiri terdapat sekolah SMP 6 Makassar yang menandakan di kawasan ini terdapat banyak pemukiman warga. Kami berjalan hingga terlihat begitu banyak pemukiman warga dan kami berhenti tepat di depan mesjid. Kami berharap inilah tempat yang ingin kami kunjungi sebelumnya, namun tak seorang pun warga yang Nampak disekeliling tempat ini. Kami mencoba melihat ke dalam mesjid namun tak ada siapa pun di dalam dan pada saat itu sudah menjelang waktu Shalat Ashar. Kemudian kami melanjutkan perjalanan dan masuk menuju lorong kecil yang ternyata di sana lebih banyak pemukiman warga, yang begitu banyak anak-anak yang berlalulalang hendak untuk bermain. Disana kami berhenti tepat di depan mesjid, mesjid ini dengan pintu yang terbuka tetapi lagi-lagi tak seorang pun ada di dalam.

Terdengar lantunan ayat suci Al-qur’an yang berasal dari sebuah mesjid yang tak jauh dari tempat persinggahan kami. Dengan seketika kami melaju menuju mesjid tersebut dan di mesjid ketiga inilah kami melaksanakan kewajiban untuk beribadah dan menyembah Allah SWT. Saya perhatikan setiap orang yang masuk, dan hanya segelintir orang yang datang ke rumah Allah saat itu. Di sekeliling mesjid terdapat banyak Al-Qur’an yang disandarkan pada jendela dengan seketika saya berfikir mungkin ini tempat yang kami cari, tempat dimana para anak-anak warga melakukan kegiatan mengaji dengan cara yang tradisonal. Namun ternyata saya salah. Di mesjid ini tak ada seorang pun anak yang mengaji, hati menjadi miris melihat para anak-anak calon penerus bangsa kegiatan mengaji pun tak ada di daerahnya, yang sudah jelas merupakan sunnah Rasulullah SAW. Dikatakan tak ada fasilitas untuk mengaji tapi, dalam mesjid begitu banyaknya Al-Qur’an yang berjejeran, atau mungkin tak ada pengajar? Ya, mungkin itulah salah satu kendala untuk anak-anak ini belajar mengaji.

Setelah salah seorang teman yang berbincang dengan warga dan kami ditunjukkan tempat dimana terdapat anak-anak yang belajar mengaji dan ternyata tepat di mesjid pertama tempat kami berhenti. Namun, setelah sampai di tempat tersebut lagi-lagi tak seorang pun yang ada di dalam. Kebetulan di salah satu rumah warga tepat samping mesjid berdiri di depan rumahnya, kami pun menghampirinya

“Assalamu Alaikum, Pak”

“Wa’alaikumsalam”

“mau bertanya ni pak, dimana sering anak-anak mengaji?”

“mesjid ini (sambil menunjuk ke arah mesjid)”

“tapi tak ada seorang pun dalam mesjid itu pak, apakah ada jadwal tertentu?”

“iya, disini anak-anak ngaji pakai jadwal”

Setelah berbincang-bincang lebih jauh ternyata disini untuk belajar mengaji menggunakan jadwal yaitu malam senin dan malam kamis, serta mereka belajar mengaji (tilawah). Wah, ternyata anak-anak disini selangkah lebih maju dibandingsaya (tidak tahu tilawah masalahnya) hehe…. Di bagian belakang mesjid ini juga terdapat banyak pemukiman warga, yang anak-anaknya juga melakukan kegiatan mengaji, yang diajarkan mulai mengenal huruf hijaiyyah dengan menggunkan buku iqra. Ternyata bapak ini tidak tahu dimana tempat anak-anak yang berada di Kapasa raya ini belajar mengaji dengan menggunakan ejaan Al-Qur’an secara tradisional. Tempat yang kami cari tidak kami temukan. 🙁

IMG_2702Walaupun kami tidak dapat tempat sebenarnya yang kami cari, perjalanan ini bukan hanya sekedar cerita pendek. Tapi, coba kita lihat kembali apa yang terjadi pada saat kami berada di mesjid ketiga. Di tempat tersebut, anak-anaknya tak ada yang belajar mengaji, kenapa? Terdapat berbagai kemungkinan yang terjadi sehingga anak-anak tersebut tidak belajar mengaji. Bukan karena mereka malas atau pun tidak mau belajar. Salah satu yang mereka katakana pada saat salah seorang dari kami bertanya kenapa mereka tidak belajar mengaji? Jawabannya singkat jauh. Dari jawaban anak ini kita bisa lihat ternyata jarak dari mesjid pertama sampai pada mesjid ketiga yang kami kunjungi jaraknya itu jauh. Itu berarti tak ada seseorang yang dapat mengajari mereka mengaji di tempat itu. Serta, tak ada seseorang yang dapat menggandeng tangan mereka dan mengajak mereka untuk belajar mengaji. Saya teringat cerita salah seorang teman yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, sering mengajak anak jalanan untuk shalat. Katanya begini, jika kita perhatikan anak-anak jalanan yang berada di bawah jembatan fly over Makassar seakan mereka tak ada yang ingin melaksanakan shalat. Tapi, ternyata beberapa diantara mereka pernah berbincang, mereka tidak melaksanakan shalat karena tak ada orang yang mengingatkan secara langsung (selain suara adzan yang berkumandang), dan tak ada yang mau memegang dan menarik tangannya untuk melangkahkan kakinya ke mesjid. Dari sini kita melihat ternyata anak jalanan ini membutuhkan seseorang yang bisa memberikan perhatian terhadap mereka.

Menurut saya kisah anak yang tinggal di Kapasa raya yang tidak belajar mengaji selain jauh, tak ada pengajar, juga tak ada seseorang yang memberikan perhatian mengenai itu, tak ada yang mengajak dan menggandeng tangannya untuk beranjak dan bergegas untuk pergi belajar mengaji.

Penulis: Relawan Skhola *Nishfah Hasik

Similar Posts