Sepenggal cerita berbagi dari Mattampa Walie

 Cahaya kuning belumlah nampak terlalu tinggi. Pagi ini (Ahad, 23/9/12), sebuah bangunan bertingkat dua yang cukup asri dipadu warna merah dan hijau muda, kami (yang menyebut diri sebagai relawan Skhola) mulai berbagi kepada sekitar lima puluh orang anak asuh (yang semuanya terdiri dari kaum Hawa) di Panti Asuhan Mattampa Walie yang bertempat di Jalan Datuk Ditiro, Makassar.

Tak ada yang terlalu istimewa ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di lokasi berbagi Skholatanpabatas (STB) kali ini. Yang terasa adalah suasana lengang. Namun suasana sangat berbeda tergambar di salah suatu ruangan (mushollah) panti. Para anak asuh yang bermukena warna-warni, pagi ini kembali siap menerima hal-hal baru yang dibagikan oleh Kak Edy dan Kak Uki.

Sebuah video (film dokumenter tentang motivasi belajar) ditayangkan. Mereka sungguh asyik menyimak. Hampir sekitar satu jam video tersebut ditayangkan. Setelah menyaksikan, mereka kemudian diarahkan untuk menulis kesan, komentar, pengalaman, inspirasi, dan pesan yang mereka dapatkan dari film tersebut pada selembar kertas.

Hiruk-pikuk mulai menggema saat tugas menulis diberikan pada mereka. Wajah kebingungan dan malu-malu juga tak luput dari wajah mereka.

Sepuluh menit, lima belas menit pun berlalu. Merasa waktu yang diberikan telah cukup, hasil tulisan mereka dikumpulkan dan dinilai oleh relawan lain (termasuk saya sendiri). Ternyata cukup berat untuk memilih tiga tulisan terbaik dari mereka. Secara keseluruhan, sebagian tulisan mereka sudah baik. Tapi masih banyak juga yang kurang disana-sini.

Setelah kami menilai tulisan-tulisan mereka dan memberikan sedikit games, akhirnya telah diputuskan tiga tulisan terbaik yang telah mereka buat, hasil simakan film yang sudah ditayangkan.

Saya cukup tercengang setelah membaca tulisan-tulisan mereka. Ada nilai lebih yang saya dapatkan dan membuat saya tersentuh. Salah satunya tulisan ini:

“… Saya butuh teman yang bisa mengerti diri saya. Saya hanya ingin bisa berbagi tentang keluh kesah dan  kesedihan. Tetapi, semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Tidak ada yang mempedulikan saya. Setelah menonton film ini, saya merasa lebih yakin dan percaya diri untuk membuka diri dengan teman-teman sesama penghuni panti…Saya harap, kakak-kakak relawan masih tetap bisa berbagi untuk kami dan terus memotivasi kami tetap belajar….”

Setelah membaca tulisan (curahan hati) itu, di benak saya tiba-tiba muncul pertanyaan.

Sejak kapan dia seperti itu? Kenapa krisis kepercayaan diri masih saja bisa dialami seorang siswi yang sedang duduk di bangku kelas dua SMA? Lantas, siapa yang bisa menyembuhkannya dari krisis kepercayaan yang sudah lama dialaminya?

Tulisan kedua kemudian kami pilih karena cukup menarik dan kreatif. Mengapa? Karena sang penulis menggabungkan kata-kata pronoun danverb dengan tulisan bahasa Indonesia. Ia menulis dengan menggabungkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Suatu hal yang biasa (mungkin menurut beberapa orang ), namun kami melihat sisi kreativitas yang dimilikinya. Tulisan yang cukup enak dibaca, tetapi tidak terkesan alayataupun berlebihan.

Tulisan ketiga, seakan membuat kami membaca hasil liputan khusus yang sering terpampang di koran ataupun majalah. Cukup apik dalam alur dan bahasa yang ditulis, tetapi sama sekali tidak melupakan pesan yang terkandung di dalam film yang telah disimaknya.

Dari keseluruhan tulisan, dapat saya simpulkan bahwa sebagian besar dari mereka dapat menyimak dengan baik dan mampu menangkap inti dan pesan dari film yang telah mereka saksikan.

Salut. Satu kata untuk mereka dan karya-karyanya. Ternyata ada potensi yang masih perlu diasah di tempat ini. Sebagai bentuk apresiasi, kami memberi mereka masing-masing sebuah buku sederhana (yang tentunya mungkin akan sangat berharga bagi mereka).

Mengenai film yang telah ditayangkan. Ada banyak juga yang dapat saya petik dari film yang menggambarkan metode pembelajaran yang diterapkan pada sekolah Qorriyah Tayyibah, meskipun ikut menyaksikannya hanya sekilas. Film ini kembali mengingatkan saya tentang metode pembelajaran menyenangkan dan mengasyikkan, yang sejak dulu telah digagas Bobbi DePorter (Quantum Learning). Mungkin metode inilah yang turut diciptakan dalam kelas-kelas setiap mata pelajaran, di sekolah Qoriyah Tayyibah. Sangat efektif jika diterapkan dan intinya, cukup mengisi kembali motivasi dan semangat belajar siswa. Begitu pula yang mungkin didapatkan adik-adik di panti ini.

Siang mulai merangkak naik. Kelas STB di Panti Asuhan Mattampa Walie (yang kurang lebih berarti, baik atau bagus dari kedua belah pihak) hari ini, usai. Setelahnya, kami pun bersiap menunaikan kewajiban lima waktu.

….

Ya. Dari perjalanan hari ini, ada sebuah pembelajaran yang dapat saya dipetik. Ketika dalam perjalanan pulang ke rumah,  saya pun sadar bahwa berbagi bisa  dilakukan dalam berbagai cara, termasuk hanya dengan sebuah motivasi. Dan tak ada yang tak mungkin terwujud, ketika muncul sebuah niat untuk berbagi pada sisi-sisi positif walaupun sederhana. Bahkan ketika ilmu pun turut dibagi (diluar pembelajaran sekolah formal), walau hanya sedikit.

Itu pula yang telah saya dapatkan disini, di Skholatanpabatas. Semoga saja masih ada sisa waktu yang bisa tersusun di tempat kami saling belajar dan berbagi di suatu saat.

Belajar untuk berbagi dan berbagi untuk sama-sama saling belajar

Penulis : Ismi Kurnia Dewi Istiani-Skholazen Reporter

Similar Posts