Jejaring Anak Indonesia (JAI)

Skhola STS dalam Jejaring Anak Indonesia Teman2 sekalian, kami mengundang sapa saja untuk terlibat dalam kegiatan ini namun dalam hal teknisnya akan dilakukan oleh tman2 yg berstatus pelajar SD, SMP maupun SMA  sederajat bisa dilakukan secara perseorangan.

Silahkan merekomendasikan siapa saja utk ikut

Salam

Skholatanpabatas

JEJARING ANAK INDONESIA
Mengapa perlu?
Indonesia adalah suatu negara dengan kekayaan budaya dan keanekaragaman yang luar biasa. Dengan wilayah yang sangat luas dan berpulau-pulau, juga rakyatnya yang sangat berbeda-beda, sungguh hebat kenyataan bahwa negara ini bisa bersatu.

Tetapi apakah persatuan kita sebagai “Indonesia” sungguh-sungguh terasa pada setiap orang? Apakah benar bahwa seseorang di Aceh merasa bersaudara dengan seseorang di Papua? Apakah kesedihan para korban gempa di Yogya terasa oleh seseorang di Balikpapan? Apakah bangsa Indonesia sungguh-sungguh merasa saling terhubung sebagai satu bangsa?

Saya percaya bahwa kedekatan yang murni dan bebas prasangka baru sungguh-sungguh tumbuh melalui hubungan personal, hubungan antar orang, bukan sekadar melalui ikatan simbolik (misalnya bendera yang melambangkan suatu konsep bernama “Indonesia”). Sebagai contoh, peristiwa bom di Jakarta baru-baru ini mungkin hanya sekilas berita TV jika kita tidak mengenal seorangpun di sana, tapi akan sangat berbeda jika sahabat kita menjadi salah satu korbannya. Jika orang-orang di berbagai daerah di Indonesia saling terhubung secara personal, saya percaya, rasa persatuan dan solidaritas kebangsaannya pun akan semakin kuat.

Atas dasar pemikiran tersebut, kami bermaksud mengadakan suatu program yang menghubungkan orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia secara personal. Kami mengutamakan program ini bagi anak-anak sesuai dengan pengalaman kami yang lebih banyak mendampingi anak-anak.

Harapan tentang program ini:
– Anak memperoleh teman dari berbagai daerah di Indonesia
– Anak mengenal beraneka ragam budaya dan cara hidup orang-orang yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya
– Anak dapat mengungkapkan ide, gagasan dan perasaan dengan lebih baik melalui tulisan

Harapan tersebut dicapai melalui:
– Korespondensi (surat-suratan) dengan teman di daerah lain di Indonesia. Untuk saat ini, daerah mitra adalah Bandung, Makasar (sudah fix) dan Sumba (masih dalam konfirmasi).
– Diskusi tematis lewat surat

Rincian kegiatannya yang pernah dilakukan:
Sebagai awal, akan dibuat sebuah program percobaan dengan peserta 10 anak usia SMP (12-15 tahun) dari beberapa SMP di Bandung, Makasar dan (mungkin) Sumba. Peserta korespondensi ini adalah anak yang memang tertarik dan bersedia ikut secara sukarela.

Peserta Bandung: dari Komunitas Bintang, Alfa Centauri, SMP 11, SMP 44, dan peserta acara liburan KSK yang telah memasuki usia SMP.

Peserta Makasar: dari komunitas belajar bahasa Inggris “Embargo” dari berbagai SMP di Makasar. (untuk Sumba, kepastian menyusul.)

Percobaan program akan dilakukan selama 1 bulan, yaitu selama bulan Agustus. Selama bulan Agustus, anak-anak akan berkorespondensi dengan temannya di daerah mitra.

Tema surat pertama adalah “memperkenalkan diri”. Peserta di Bandung & Makasar akan menulis surat yang menceritakan diri mereka pada temannya, juga bertanya tentang temannya. Boleh dengan tulisan saja ataupun dengan gambar. Surat akan dikirimkan bersamaan di Bandung dan Makasar (minggu #1 Agustus).

Setelah menerima surat, anak boleh membaca semua surat temannya. Setelah itu korespondensi akan berjalan secara open forum (setiap anak bisa baca 10 surat dan membalas ke 10 anak/berapa anakpun sesuka dia, yang jelas surat setiap anak juga akan dibaca 10 anak di daerah mitra).

Tema diskusi yang dipilih untuk percobaan ini adalah tentang “diversity” atau keanekaragaman. Diskusi akan mulai diangkat ketika peserta kedua daerah sudah saling kenal dan dapat berkomunikasi dengan cukup cair. Keanekaragaman dapat mulai dibahas dari hal sehari-hari seperti “bagaimana cara teman-teman di Makasar merayakan 17an?” atau saling belajar bahasa daerah. Kedalaman diskusi akan sangat tergantung pada proses: kecepatan perkenalan dan adaptasi anak-anak, kesiapan anak-anak untuk diskusi serta menerima perbedaan, dsb.
Hasil korespondensi akan didokumentasikan oleh penanggung jawab kegiatan di masing-masing daerah.

Indikator keberhasilan korespondensi/diskusi tematik adalah:
– Minimal –> surat-suratan berjalan konsisten, anak-anak saling mengenal latar belakang teman satu kota dan teman korespondensi
– Medium –> sama dengan minimal, + mulai ada diskusi tentang keanekaragaman (anak membandingkan adat, kebiasaan, bahasa, kebudayaan, cara hidup, atau kondisi alam teman-teman di daerah mitra)
– Ideal –> sama dengan medium, + anak berdiskusi lebih dalam tentang keanekaragaman (muncul pertanyaan terkait stereotip dan praduga, atau membandingkan permasalahan sosial/lingkungan/dsb di Bandung dan Makasar, yang dibahas secara mendalam)
Untuk percobaan satu bulan, target yang realistis adalah mencapai indikator minimal/medium.

Keberlanjutan Program
Jika program ini dianggap berhasil dan layak diteruskan, berikut ini adalah beberapa kemungkinan pengembangan program:
1. Menambah jumlah peserta korespondensi dan daerah mitra di Indonesia
2. Membahas tema-tema lain (dapat menggunakan elemen EGC sebagai pedoman tema)
3. Mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil diskusi dan korespondensi, bisa dalam bentuk buku, weblog, film dokumenter, maupun seminar/pelatihan.
4. Menyelenggarakan pertemuan peserta dari setiap daerah
5. Menyelenggarakan kegiatan kerjasama lintas daerah (misalnya tukar-menukar buku, membuat buletin dengan berita dari anak-anak seluruh Indonesia, dsb)
6. Jika permasalahan ICT dan bahasa dapat diatasi, program ini dapat dibuat secara online (korespondensi lewat internet) dan berkorespondensi dengan teman di seluruh dunia.

Penggagas Program
Edy Juspar (Skholatanpabatas, Makasar) dan Kandi Sekarwulan (Komunitas Sahabat Kota, Bandung)